• Pada kuartal pertama tahun 2022, beberapa figur publik meluncurkan token kripto, yaitu Anang Hermansyah (token Asix), Wirda Mansur (iCoin), Lesty Kejora dan Rizky Billar (Leslar Metaverse), dan Angel Lelga (Angel Token).
  • Menurut mereka, token-token tsb nantinya bisa digunakan di platform yang akan mereka kembangkan, pada umumnya berupa game Play To Earn (P2E), marketplace NFT, dan metaverse.
  • Saat token diluncurkan, proyek-proyek tsb belum ada. Entah jadi dibangun atau tidak. Kalaupun akhirnya dibangun, kemungkinan besar token tsb hanya bisa digunakan di proyek atau platform yang dibangun oleh pengembang yang sama, tidak berlaku di proyek serupa dari pengembang yang berbeda, kecuali sudah ada kerja sama. Dalam hal ini mirip dengan wahana permainan anak di mal-mal, seperti Kidzone, Timezone, atau Kidzania, yang juga menerbitkan koin tapi hanya berlaku di wahana yang bersangkutan saja.
  • Seharusnya, jika memang berniat baik, proyek-proyek itu yang diluncurkan lebih dulu. Tentu dengan modal dari pengembang. Buktikan dulu bisa membuat game yang laris. Buktikan bisa membuat dunia metaverse yang sering dikunjungi orang. Jika masyarakat banyak yang merasakan manfaatnya, barulah tokennya dibikin, kalau memang harus banget bikin token.
  • Yang terjadi saat ini, tokennya dibikin lebih dahulu, lalu dijual ke masyarakat, para pembuat token mendapatkan uang rupiah sungguhan, sementara para pembeli hanya mendapat iming-iming harganya akan naik (to the moon, katanya).
  • Jadi pembuatan token kripto ini seakan-akan jadi ajang pengumpulan dana masyarakat, tanpa para pembeli ikut memiliki proyek yang akan dikembangkan. Berbeda dengan saham, di mana para pembeli ikut memiliki perusahaan yang dibangun, atau dengan surat utang (obligasi), di mana para pembeli mendapat jaminan uangnya akan dikembalikan plus bunga.
  • Jika harga token naik, pembeli memang akan untung. Tapi jika harga token turun, pembeli rugi. Di sini berarti terjadi spekulasi, karena kenaikan atau penurunan harga tsb tidak ada dasarnya.
  • Saat tulisan ini dirilis, hanya token Asix yang rada mendingan nasibnya. Walaupun sempat mengalami fluktuasi yang sangat tajam di minggu pertama Maret, grafiknya secara keseluruhan masih ijo. Token ICN ambruk lebih dari 90% dan kini tidak terlihat lagi di coinmarketcap, tapi konon pengembangnya sedang menyiapkan ICN versi 2. Token Leslar sudah turun lebih dari separuhnya sejak peluncuran. Sementara token Angel, sejak berita presale entah dapat dibeli di mana.
  • Karena token ini sudah jadi ajang pengumpulan dana masyarakat, di sisi ini mestinya OJK bisa turun tangan dalam memberikan perizinan dan pengawasan. Jika aturannya belum ada, segera saja aturannya dibuat.
  • Dilihat dari latar belakang orang-orang yang mengembangkan token kripto di atas, tak satu pun yang punya pengalaman di bisnis terkait teknologi digital terkini. Jika, katakanlah, perusahaan semacam Gojek, OVO, atau Emtek membuat token kripto, itu masih nyambung dan sedikit banyaknya mereka bisa dipercaya memiliki kemampuan dalam mengembangkan aset digital. Tapi para artis dan influencer itu, entah apa yang diandalkan. Bahkan perusahaan teknologi sekelas Apple dan Microsoft saja tidak ada yang membuat token atau koin digital sendiri, Elon Musk hanya menjadi pengguna, dan Facebook/Meta pun tampaknya masih butuh riset panjang sebelum metaversenya diluncurkan.

 

Grafik Asix token di coinmarketcap.com
Token I-Coin tidak lagi terdata di coinmarketcap.com
ICN akan migrasi ke versi 2.
Grafik token Leslar di coinmarketcap.com
Token Angel belum tampak ada grafiknya di coingecko.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *