ebiet penghargaan achmad bakrie 2017

Sewaktu saya kuliah di Rawamangun (UNJ) dan lalu di Ciputat (UIN Jakarta), banyak teman di tempat tongkrongan seperti HMI, HMB, dan Formaci memanggil saya dengan sebutan Ebiet, Asep Ebiet, atau Asep G Ade. Kenapa? Mungkin karena dua hal: pertama, saya sering menyanyikan lagu-lagu Ebiet, dan kedua, suara saya konon mirip suara Ebiet.

Tentu saya tidak keberatan disandingkan dengan Ebiet, salah satu maestro dan legenda dalam dunia musik Indonesia, yang pernah memperoleh Penghargaan Achmad Bakrie untuk kategori kebudayaan populer alternatif. (Info di SINI).

Secara sadar saya akui, Ebiet G Ade adalah penyanyi yang lagu-lagunya paling banyak saya dengarkan, paling banyak saya hafalkan, dan paling banyak saya nyanyikan. Saat saya ngamen di bis kota Jakarta antara tahun 1999 sd 2002, saya selalu membawakan lagu-lagu Ebiet dan hanya sesekali diselingi lagu lain.

Di tulisan ini saya ingin bercerita bagaimana awal perkenalan saya dengan karya-karya Ebiet dan hal-hal apa saja yang saya sukai dari diri dan karyanya.

Awal Perkenalan

Saya mulai mengenal lagu-lagu Ebiet saat SMP (sekitar tahun 1994). Waktu itu bapak saya sering menyetel kaset lagu Ebiet di radio tape. Kaset yang disetel berisi kompilasi lagu unggulan Ebiet, antara lain yang saya ingat: Berita kepada Kawan, Isyu, Bingkai Mimpi, Menjaring Matahari, Senandung Pucuk-pucuk Pinus, Elegi Esok Pagi, Nyanyian Rindu, Camelia 1, Camelia 2, dan Lagu untuk Sebuah Nama.

album ebiet g ade

Tapi saya rasa Ebiet bukanlah penyanyi yang paling disukai Bapak saya, karena yang lebih sering dia putar, dan lebih sering dia bicarakan, adalah lagu-lagu dari penyanyi yang lebih lawas yaitu Koes Plus, Panbers, Dlloyd, dan Bimbo. Saya ikut menyukai mereka semua, tapi yang paling  menempel di benak saya, baik lirik maupun iramanya, adalah lagu-lagu Ebiet.

Ketika Ebiet menerbitkan album Kupu-kupu Kertas tahun 1995, saya membeli kasetnya dan ini menjadi kaset pertama yang saya beli.

Saya mulai belajar main gitar saat SMA dengan meminjam gitar teman. Dan lagu-lagu yang saya jadikan bahan belajar adalah lagu-lagu Ebiet. Saya ingat lagu pertama yang saya pelajari dan cari kunci-kuncinya adalah “Elegi Esok Pagi”. Izinkanlah kukecup keningmu, bukan hanya ada di dalam angan. Esok pagi kau buka jendela, kan kau dapati seikat kembang merah.

Saat kuliah di Rawamangun tahun 1999, saya membeli gitar murah dan saya pakai untuk mengamen sendirian di bis kota Jakarta. Pada masa ini, saya mulai mereka-reka untuk mencipta lagu.

Hal-hal Yang Saya Sukai dari Ebiet G Ade

Apa yang istimewa dan karena itu saya sukai dari lagu-lagu Ebiet G Ade?

Pertama, irama lagunya enak didengar. Ini memang subjektif, tapi tentu banyak yang akan mendukung pendapat saya.

Kedua, suara Ebiet sangat merdu dan memiliki cengkok yang khas. Seperti halnya terhadap suara Rhoma Irama, menirukan suara Ebiet bisa dijadikan bahan lucu-lucuan.

Ketiga, aransemen musiknya megah dan keren. Ebiet termasuk yang pertama menggunakan instrumen orkestra.

Keempat, lirik lagunya puitis. Konon sebagian lagunya berasal dari puisi. Dan menurut saya, dalam hal lirik atau syair, lagu-lagu Ebiet adalah yang terbaik se-Indonesia.

Kelima, selain puitis, banyak dari lagunya mengandung makna yang dalam untuk direnungkan. Misalnya satu bait yang sangat populer dalam lagu Berita kepada Kawan: “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita/ yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa// atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita/ coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”.

Keenam, tema-tema lagunya beragam, dari soal cinta, spiritual, sosial, hingga alam. Tidak banyak penyanyi Indonesia yang memiliki ketertarikan beragam seperti Ebiet dan sekaligus populer. Di antara yang bisa disebut, mungkin hanya Koes Plus, Rhoma Irama, dan Iwan Fals.

Ketujuh, gaya khasnya yang sederhana saat menyanyi di depan publik. Tidak seperti penyanyi pada umumnya yang banyak variasi gaya, Ebiet cukup duduk di atas kursi sambil memegang gitar dengan mikrofon di depannya. Tampaknya dia selalu begitu dalam banyak kesempatan. Menurut saya ini keren sekali, hanya mungkin terjadi pada penyanyi yang levelnya sudah tinggi. Hal ini juga memungkinkan pendengar fokus pada lagu dan suaranya sebagai kekuatan utama Ebiet G Ade.

ebiet g ade

Karena sejumlah keistimewaannya itulah, tak heran Ebiet G Ade memiliki banyak fans setia yang sampai pada level fanatik. Sebagian fans ini tergabung di grup Facebook Ebiet G Ade Forever.

Saya ingin meniru Ebiet dalam semua hal di atas. Saya ingin menciptakan lagu-lagu yang enak didengar, syair-syairnya puitis, dan memiliki makna yang dalam. Selain itu, dan ini yang tidak mudah, temanya beragam. Untuk itu saya harus memiliki perhatian yang luas dan sekaligus mendalam ke banyak soal. Tidak mudah, tapi saya akan berusaha.

Di saluran youtube Asso Music, saya sempat meng-cover dua lagu Ebiet. Pertama berjudul “Nyanyian Rindu” dan kedua berjudul “Nyanyian Kasmaran“. Silakan diklik untuk mendengarkan. Mudah-mudahan nanti bisa membawakan pula lagu-lagu lainnya.

Terima kasih. [Asso]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *