Sekarang ini ada gejala sebuah bahasa dianggap keren/indah kalau pengucapan tidak sama dengan penulisan. Misalnya bahasa Inggris dan Perancis. Saya duga itu ada hubungannya dengan kemajuan peradaban mereka saat ini.

Bahasa Indonesia, pada dasarnya, adalah bahasa yang antara penulisan dan pengucapan sama. Saya lihat bahasa dari suku-suku yang ada di Indonesia juga tidak berbeda, misalnya bahasa Jawa dan Sunda. Hanya karena pengaruh bahasa asinglah, sebagian kata dalam bahasa Indonesia diucapkan berbeda dengan penulisannya (misalnya bank, sanksi, dan sejumlah singkatan seperti DVD, CD, WC, TV).

Saya rasa pada kesederhanaan itulah salah satu letak keindahan bahasa kita.

Adapun bahasa Perancis yang konon dikatakan terindah di dunia (tentu itu relatif) karena cara penulisan yang berbeda dengan cara pembacaan, justru menunjukkan satu kekurangan: bahwa bahasa mereka tidak memiliki sistem abjad sendiri yang dapat membunyikan huruf-hurufnya secara tepat. Demikian pula bahasa Inggris.

Bahasa yang memiliki sistem abjad sendiri, seperti Latin dan Yunani, juga Arab dan Jepang, dan saya kira juga India dan Cina, justru tidak ada masalah dengan pengucapan. Artinya, penulisan mereka memang dirancang untuk sesuai dengan cara pengucapan.

Bahasa Indonesia memang meminjam juga dari sistem abjad lain (Latin). Dan kebetulan cocok. Tapi tanpa itu pun, dengan misalnya memakai huruf Jawa atau Sunda, kita dapat membunyikan bahasa secara tepat dengan penulisannya.

Demikian. Jadi, mari kita kembali kepada kesederhanaan.

Jika memungkinkan, para pakar bahasa Indonesia bisa saja menciptakan satu simbol huruf untuk bunyi “ng” dan “ny”, yang mana kedua huruf tersebut terdapat dalam abjad Jawa dan Sunda. Kemudian juga membuang huruf yang tidak berguna, yaitu salah satu antara “f” dan “v”, dan huruf yang hanya berguna sebagai huruf tapi tidak sebagai kata, yaitu “x”. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *