asuransi manulife

Per tanggal 22 Juli 2023 saya resmi menjadi agen asuransi di Manulife Indonesia. Sebelumnya saya agen di Allianz Life Indonesia selama 11 tahun setengah, dari November 2011 sampai Juni 2023.

Banyak teman bertanya kenapa saya keluar dari Allianz dan kenapa pindah ke Manulife.

Alasannya dapat diringkas sbb: karena omset bisnis saya di Allianz turun terus selama lima tahun terakhir, dan saya tidak melihat ada harapan untuk membaik. Dan kebetulan pada saat yang sama, ada tawaran untuk pindah ke Manulife tanpa harus mengulang income dari nol, dan saya melihat ada harapan untuk bisnis saya berkembang kembali.

Dari alasan ini tentu timbul beberapa pertanyaan lagi. Kenapa bisnis saya di Allianz turun terus?

Soal ini saya kurang bisa menjawab dengan pasti. Secara penjualan pribadi, sebenarnya produksi saya masih tergolong stabil. Bahkan di tahun 2020 dan 2021 saya bisa meraih MDRT, dan di pertengahan 2023 ini hanya kurang sedikit lagi untuk MDRT yang ketiga sebelum saya keluar.

Tapi secara grup, saya tidak berkembang lagi. Dalam lima tahun terakhir, saya sudah kehilangan hasrat untuk merekrut agen, membina agen, ikut pertemuan dan mengajak agen ikut pertemuan. Saya pun berusaha untuk jadi personal producer yang hebat, tapi ternyata ini pun tidak mudah. Saya mencoba merambah berjualan produk asuransi umum, yang ternyata kurang berhasil juga.

Kenapa bisa begitu? Saya merasa ada dua penyebabnya. Pertama, dari segi produk, Allianz masih mengandalkan unit link, sementara pamor unit link perlahan-lahan mulai meredup karena banyak masyarakat yang kecewa dengan nilai investasinya yang tidak sesuai ilustrasi. Unit link itu produk yang rentan disalahpahami dan memang tidak mudah dipahami. Saya pribadi tak masalah jualan unit link dan bisa menjelaskan ke nasabah. Tapi untuk mengajarkan jual unit link ke agen-agen, saya kurang punya keyakinan. Asuransi itu seharusnya memberikan rasa tenang dan rasa aman, bagi nasabah maupun agen, tapi produk unit link mengandung risiko yang ditanggung oleh nasabah.

Kedua, sejak tahun 2018 atau 2019, cara pembuatan ilustrasi dan pendaftaran polis di Allianz hanya bisa memakai iPad, tidak bisa lagi pakai laptop windows. Agen harus punya ipad agar bisa menjalankan bisnis di Allianz, sementara ipad itu barang yang lumayan mahal. Hal ini membuat bisnis asuransi di Allianz tidak bisa lagi memakai jargon “bisnis tanpa modal” atau “bisnis modal kecil”, dan juga membatasi segmen masyarakat yang bisa menjadi agen Allianz.

Tapi mungkin juga saya salah. Buktinya agen-agen Allianz yang lain tetap bertumbuh dan berkembang, jumlah MDIT terus bertambah baik jumlahnya maupun nilainya, bahkan di tahun 2022 ada dua agen yang mencapai rekor penghasilan tertinggi 10 miliar per bulan. Wow.

Tapi kesalahan saya mungkin juga tidak sepenuhnya. Karena yang omsetnya turun di Allianz bukan hanya saya, tapi banyak yang lain juga. Dan saya pindah ke Manulife pun karena diajak oleh leader saya, dan leader saya juga diajak oleh leadernya lagi. Lalu saya tahu banyak agen yang pindah ke perusahaan lain juga. Beberapa tahun lalu pun banyak agen dari perusahaan lain yang pindah ke Allianz, berombongan pula. Jadi ya sebetulnya hal biasa saja orang berpindah-pindah pekerjaan. Intinya semua pasti ingin menjadi lebih baik. Saya pun demikian.

Oke, itu alasan saya kenapa keluar dari Allianz. Lalu kenapa pindahnya ke Manulife?

Pertama, Manulife itu brand yang pernah membuat saya ingin gabung, karena produk yang dimilikinya cocok dengan saran perencana keuangan. Di awal saya jadi agen Allianz tahun 2011 dan 2012, saya mengikuti diskusi panas di berbagai forum tentang unit link vs term life + reksadana. Salah satu produk term life yang banyak disebut waktu itu adalah ProActive Plus dari Manulife.

Menurut teori perencanaan keuangan, asuransi itu seharusnya dipisah dari investasi. Untuk asuransi, ambillah produk yang khusus asuransi dan untuk investasi ambillah produk yang khusus untuk investasi. Saya setuju dengan pendapat tersebut. Tapi sayangnya produk yang bagus di perusahaan saya hanya unit link. Kabar baiknya, unit link waktu itu memang sedang naik daun dan jadi produk andalan di banyak perusahaan asuransi. Jadi meski para perencana keuangan terkenal seperti Aidil Akbar, Freddy Pieloor, dan Ligwina Hananto menyarankan asuransi tradisional khususnya term life, yang laku di pasaran tetap produk unit link.

Tapi beberapa tahun terakhir ini pamor unit link mulai redup, dan karena banyak nasabah yang salah paham, OJK menerbitkan aturan yang memperketat syarat dan prosedur penjualan produk unit link.

Jadi, sepertinya sekarang ini saat yang tepat untuk kembali ke asuransi tradisional, yaitu asuransi yang serba pasti dan jelas. Jelas preminya, jelas masa bayarnya, jelas masa perlindungannya, dan dijamin nilai tunainya (untuk produk yang mengandung nilai tunai). Asuransi tradisional itu mudah dipahami, jadi mengurangi kemungkinan nasabah salah paham, dan risiko investasi ditanggung oleh perusahaan asuransi. Jadi, bukan hanya nasabah yang tenang, agen pun bisa tenang.

Manulife sejak dulu konsisten di jalur asuransi tradisional. Produk term life ProActive Plus yang banyak disebut itu masih ada sampai sekarang. Lalu produk asuransi tradisional yang dimilikinya pun bagus-bagus, baik kategori whole life, endowment, maupun asuransi kesehatan stand alone. Unitlinknya ada juga dan memiliki keistimewaan tersendiri, bukan main di harga murah tapi pada fitur yang unik.

Kedua, cara pembuatan ilustrasi dan pendaftaran polis di Manulife bisa dilakukan lewat perangkat apa pun karena berbasis web browser. Di PC, laptop, tablet ios, tablet android, bahkan HP pun bisa (meski tampilannya kurang nyaman). Ini membuat bisnis asuransi di Manulife bisa ditawarkan dengan jargon “bisnis modal kecil” dan bisa dimasuki oleh lebih banyak kalangan. Saya sangat bersemangat untuk kembali merekrut agen dan membuka peluang bisnis asuransi kepada siapa saja. Dengan produk unggulan asuransi tradisional, saya pun punya keyakinan yang tinggi untuk mengajarkan cara menjualnya kepada agen.

Ketiga, dan ini tak kalah penting, grup yang saya masuki di Asuransi Hijau memberikan bekal yang cukup besar untuk menggantikan penghasilan saya yang hilang setelah keluar dari perusahaan asuransi sebelumnya. Dan target yang diberikan untuk mengembalikan bekal tersebut cukup masuk akal dan achievable. Saya berpikir, bahkan sendirian pun bisa. Saya telah mendapat penawaran serupa dari beberapa grup lain dan asuransi lain, tapi targetnya terlalu tinggi. Jadi saya berpikir pragmatis saja.

Hal-hal lain yang jadi pertimbangan:

  • Manulife termasuk perusahaan asuransi terbesar di Indonesia dan dunia, serta memiliki reputasi yang bagus di Indonesia.
  • Sistem bisnis Manulife menyediakan royalti hingga kedalaman 10 generasi, dan untuk mendapatkannya tidak mensyaratkan kelebaran (tusuk sate pun bisa).
  • Sistem bisnis di Manulife mengenal masa pensiun (tanpa syarat maintenance) jika mencapai jumlah tim dan omset tertentu.
  • Jaringan bisnis dapat diwariskan kepada anak atau pasangan

Demikian beberapa pertimbangan kenapa saya pindah ke Manulife. Bagi teman-teman yang ingin tahu lebih detail, bisa japri dengan saya. Saya menyimpan kontak di blog saya yang baru, asuransihijau.com. []

4 thoughts on “Kenapa Saya Pindah Ke Manulife?

  1. zubaidi says:

    pas bang. Hijau Hitam .ahahahah YAKUSA

    1. Asso says:

      Yes, kembali ke hijau…

  2. Yosi says:

    Semoga sukses selalu ya Pak Asep

    1. Asso says:

      Terima kasih Pak Arnal. Sama-sama, smg bpk juga sukses selalu. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *