Anakku yang pertama, Cahaya Senja, awalnya akan diajak oleh guru bahasa Inggrisnya untuk pergi ke Kota Tua berburu bule atau turis asing pada libur akhir tahun, tapi batal.

Jadilah akhirnya kami yang antar, sekalian sekeluarga jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta.

Kami berangkat hari Selasa pagi, 31 Desember 2024, pukul delapan setengah dari Pandeglang dan sampai di Kota Tua sekitar pukul 12 siang. Kami parkir mobil di tepi jalan seberang terminal busway Kota Tua, bayar 20 ribu. Setelah itu menyeberang jalan ke semacam lapangan atau alun-alun yang dikeliling gedung-gedung besar peninggalan Belanda.

kota tua
Selfie dulu di jembatan menuju Kota Tua

Cukup luas juga alun-alunnya. Saat kami datang, suasana sudah cukup ramai. Ada seorang cosplayer prajurit serba hijau. Cahaya dan Teguh pun berfoto dengannya.

kota tua
Berfoto dg cosplay prajurit ijo

Karena hari sudah siang, kami pun mencari makanan dan ketemu dengan gedung kantin. Kami makan di KFC, lalu shalat zuhur di mushola di parkiran belakangnya. Setelah itu mulai menjelajahi kawasan Kota Tua.

Ada cosplayer noni belanda, lalu kami berfoto.

cosplay noni belanda
Berfoto dg pemain kostum noni belanda

Lalu ada lagi cosplay jendral Sudirman (sepertinya). Setiap kali minta foto, setelahnya kami menaruh uang 10 ribu di wadah atau topi yang ada di depan mereka.

cosplay jendral sudirman
Formasi lengkap sekeluarga

Di satu sudut ada wahana horror house atau rumah hantu, tiketnya 40 ribu. Ada lagi wahana 3D art, tiketnya 45 ribu. Kami gak jadi masuk karena rasanya kemahalan untuk kami yang bertujuh.

Lalu kami masuk ke Museum Sejarah Jakarta, tiketnya 10 ribu untuk dewasa dan 5 ribu untuk anak-anak/pelajar/mahasiswa. Museum ini terletak di gedung utama dan sepertinya merupakan gedung yang paling besar di Kota Tua. Dulunya gedung ini merupakan kantor pusat pemerintahan Hindia Belanda.

Dari info yang ada di museum ini, disebutkan bahwa Jakarta dulunya merupakan wilayah kerajaan Tarumanagara di abad ke-4-7 Masehi. Ditampilkan pula beberapa peninggalan gerabah dari kebudayaan Buni yang dulu pernah menghuni wilayah Jakarta.

foto di dalam museum jakarta
Berfoto di dalam Museum Sejarah Jakarta

Di luar gedung museum, ada penjara bawah tanah dan anak-anak mencoba masuk ke penjara ini, yang sangat sempit dan masih menyisakan sejumlah bola-bola besi untuk merantai tawanan.

penjara bawah tanah
Penjara bawah tanah di museum Sejarah Jakarta

Keluar dari Museum Sejarah Jakarta, kami menikmati kerak telor dan es selendang mayang yang ada di belakang gedung. Harga kerak telor 25 ribu (telor ayam) atau 30 ribu (telor bebek). Kami beli yang telor bebek. Sedangkan es selendang mayang harganya 10 ribu.

Belanja kerak telor
Beli kerak telor

Setelah itu kami mulai mencari turis bule untuk diajak ngobrol oleh Cahaya. Sebenarnya sejak awal datang kami sudah melihat beberapa bule yang lewat, tapi Cahaya belum berani menyapa mereka.

Akhirnya lewat sepasang turis bule di depan kami. Karena anakku masih takut untuk menyapa, aku yang menyapa dan meminta waktu mereka untuk mengobrol dengan Cahaya dalam bahasa Inggris. Dengan senang hati mereka bersedia.

Cahaya dengan lancar mengucapkan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan. Keduanya berasal dari Italia. Setelahnya dia pun berfoto dengan bule tsb.

berfoto dengan turis bule
Cahaya berfoto dengan sepasang turis asal Italia

Anakku yang kedua, Teguh Jiwa, tak mau kalah. Dia pun ingin mengobrol dengan bule. Maka saat ada bule lagi lewat, aku pun menyapanya. Kali ini tiga turis sekaligus, dua pria satu wanita, asal dari Belanda. Teguh mengajak salah satunya mengobrol dengan bekal daftar pertanyaan yang ada pada kakaknya. Setelah itu dia pun berfoto dengan sang bule.

Teguh foto dengan turis
Teguh berfoto dengan turis asal Belanda

Cahaya ingin mengulangi lagi bercakap dengan bule, maka dia meminta bule yang perempuan untuk mengobrol juga. Jadi hari itu dia mengajak ngobrol dua turis bule. Goodjob.

Cahaya berfoto dengan turis Belanda
Cahaya berfoto dengan turis asal Belanda

Setelah misi selesai, waktu menunjukkan pukul empat sore. Ada acara Jakarta Light Festival yang digelar sore sampai malam. Kami shalat asar dulu di tempat sebelumnya. Lalu menyempatkan menonton pembukaan acara festival yang diisi dengan pertunjukkan band.

Setelah itu dalam perjalanan ke parkiran mobil, kami mampir di tempat jualan es krim jadul. Harga 10 ribu. Ternyata teksturnya kasar dan rasanya kurang enak.

Dalam perjalanan pulang, selewat dari Serang, kami mampir di RM Ibu Entin untuk makan malam. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *