sapiens harari

Buku Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia karya Yuval Noah Harari bukan sekadar buku sejarah populer. Ia adalah karya yang berani menantang banyak keyakinan mendasar yang selama ini dianggap “tak tersentuh,” termasuk soal agama dan spiritualitas. Bagi sebagian pembaca, justru bagian inilah yang paling mengguncang dan mengundang perenungan mendalam.

Agama sebagai “Fiksi Kolektif”

Salah satu tesis utama Harari adalah bahwa kemampuan manusia untuk menciptakan dan mempercayai “fiksi kolektif” adalah kunci keberhasilan Homo sapiens dalam bekerja sama dalam skala besar. Uang, hukum, negara, dan tentu saja agama, menurutnya, adalah contoh fiksi yang hidup karena dipercaya bersama.

Harari tidak menilai agama dalam kerangka benar atau salah, melainkan menyoroti fungsinya: agama mampu menyatukan orang asing, memberi aturan moral, serta membangun struktur sosial yang stabil. Dalam pandangan ini, nilai agama lebih terletak pada daya rekat sosialnya daripada aspek transendennya.

Mengguncang Keyakinan Tradisional

Bagi pembaca yang memandang agama sebagai wahyu suci dari Tuhan, pendekatan Harari bisa terasa menantang, bahkan provokatif. Menganggap agama sebagai konstruksi sosial seolah mereduksi keilahian menjadi sekadar kesepakatan manusia. Hal ini tentu bisa menimbulkan resistensi, terutama di kalangan yang menempatkan agama pada posisi absolut.

Namun justru di situlah letak kekuatan buku ini: ia memaksa pembaca untuk bertanya ulang, mengapa agama mampu bertahan begitu lama? Bagaimana keyakinan yang tidak kasat mata bisa menggerakkan jutaan orang, membangun peradaban, bahkan mendorong lahirnya ilmu pengetahuan dan seni?

Spiritualitas dalam Perspektif Baru

Menariknya, meski kritis terhadap institusi agama, Harari tidak menutup pintu terhadap spiritualitas. Ia mengakui bahwa pengalaman batin, meditasi, dan pencarian makna hidup adalah bagian dari perjalanan manusia. Bedanya, Harari mengajak melihat spiritualitas secara personal, bukan hanya melalui sistem dogma.

Dalam kerangka ini, spiritualitas dipandang sebagai kebutuhan universal manusia untuk menemukan makna, ketenangan, dan kebijaksanaan — tanpa selalu harus terikat pada institusi atau aturan tertentu.

Dampak bagi Pembaca Modern

Bagi banyak pembaca, Sapiens bisa menjadi pintu refleksi yang menyegarkan. Di tengah dunia yang semakin plural dan penuh pertukaran ide, pandangan Harari membantu kita melihat agama dan spiritualitas tidak hanya sebagai warisan masa lalu, tetapi juga sebagai fenomena sosial yang terus berubah.

Ada dua kemungkinan reaksi:

  • Resistensi: pembaca yang berpegang teguh pada dogma bisa menolak gagasan Harari sebagai terlalu simplistis atau bahkan menyesatkan.

  • Refleksi: pembaca yang terbuka bisa memanfaatkannya untuk memperdalam pemahaman, melihat agama dari sisi sejarah dan fungsi sosialnya, sambil tetap menjaga keyakinan personal.

Kesimpulan

Buku Sapiens memang bukan buku teologi, apalagi kitab suci. Ia adalah narasi sejarah yang berusaha menjelaskan mengapa Homo sapiens bisa menjadi spesies dominan di bumi. Namun, karena menyentuh aspek mendalam tentang agama dan spiritualitas, buku ini mampu mengguncang cara pandang pembaca terhadap hal-hal yang paling mendasar dalam hidup.

Harari tidak memberi jawaban akhir, tetapi ia mengajukan pertanyaan yang membuat kita berhenti sejenak, lalu bertanya pada diri sendiri: apakah agama hanya cerita bersama, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya? []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *