“Semoga kamu mendapat hidayah”.
Kalimat ini sering terlihat di status ataupun komen-komen di media sosial, ditulis oleh penganut agama tertentu saat melihat non-penganut yang melakukan suatu kebaikan atau kepada siapa pun yang dianggap melakukan keburukan.
Kalimat ini tentu merupakan sebuah doa yang baik, namun orang yang menerimanya sering merasa terganggu atau tidak nyaman karena dalam kalimat ini tersirat tiga hal:
- Perasaan bahwa diri sendiri sudah mendapat hidayah (sudah benar)
- Anggapan bahwa orang lain belum mendapat hidayah (masih tersesat atau salah)
- Ajakan atau harapan agar orang lain itu mendapat hidayah (masuk agama tertentu alias dalam istilah sekarang disebut login).
Intinya, ada kesan kesombongan dalam ucapan itu, dan ada kesan merendahkan orang lain.
Jadi bagaimana sebaiknya?
Sebaiknya kalimat tersebut tidak diucapkan, baik di media sosial maupun secara langsung.
Jika ada non-penganut yang melakukan kebaikan, dukung saja agar dia terus melanjutkan kebaikannya tersebut, tanpa harus menyatakan harapan agar orang itu mendapat hidayah.
Hidayah itu sendiri arti harfiahnya petunjuk. Dengan melakukan kebaikan, sebenarnya orang itu sudah mendapat petunjuk dalam arti luas, dan itu pun sudah baik. Kalau masih didoakan supaya login, sama saja menganggap agamanya atau nilai-nilai yang dianutnya masih kurang baik.
Adapun jika kalimat “semoga kamu mendapat hidayah” ditujukan kepada orang yang dianggap melakukan keburukan, ini pun tidak bisa serampangan pula, karena dalam setiap budaya dan ajaran ada perbedaan nilai. Mungkin kalau ditujukan kepada orang yang keburukannya jelas-jelas merugikan orang lain, seperti koruptor, pencuri, pemerkosa, apa pun agamanya, kalimat ini oke-oke saja. Tapi kalau ditujukan kepada orang yang keburukannya bersifat individual, seperti suka minum miras, berjudi, atau pamer aurat, perlu diketahui bahwa tidak semua budaya dan penganut agama menganggap hal itu buruk, atau hanya menganggapnya buruk jika berlebihan.
Jika memang harus banget mengucapkan kalimat “semoga kamu dapat hidayah” sebaiknya cukup dalam hati saja.
Demikian. [Asso]