menghitung hari arswendo

Pada bulan Mei 2010 saya iseng-iseng membaca buku Arswendo Atmowiloto berjudul Menghitung Hari, Hikmah Kebijaksanaan dalam Rumah Tahanan/Lembaga Pemasyarakatan. Dan ternyata sampai tamat.

Buku ini berisi kisah-kisah Wendo selama di dalam penjara, baik yang dialaminya langsung, yang dilihatnya pada teman-temannya sesama tahanan, juga sipir, atau yang didengarnya dari cerita mereka.

Wendo berada di penjara antara tahun 1992 – 1993 akibat kasus Monitor, tabloid yang dipimpinnya, merilis hasil poling pembaca yang menempatkan Nabi Muhammad Saw. sebagai tokoh urutan kesebelas, lebih rendah beberapa strip dibanding namanya.

Terlepas dari itu, Arswendo Atmowiloto tetaplah seorang penulis yang produktif, tulisan-tulisannya memikat, penuh humor, dan inspiratif.

Dan meskipun di dalam penjara, Wendo tidak rela kehilangan selera humornya. Sebab itulah salah satu cara dia menyiasati hilangnya sisi kemanusiaan yang paling berharga: kebebasan.

Karena banyak hal yang menarik dari buku Menghitung Hari, saya tuliskan kembali di sini sejumlah “hikmah kebijaksanaan” hasil renungan Wendo selama mendekam di hotel prodeo.

***

Kalau orang di luar “penjara” mengatakan bahwa hidup sebagai napi itu menyenangkan dan enak, orang itu perlu diragukan kewarasannya. Sebaliknya, kalau napi tak bisa menciptakan hidup yang menyenangkan dan enak selama di dalam, ia dipastikan bakal tidak waras.

Menjadi terdakwa di pengadilan, tak ubahnya seperti menjadi pengantin. Diam disangka angkuh. Banyak senyum dituduh tidak serius. Bersikap serius disangka tegang. Bersikap santai disangka meremehkan. Persamaan lain: di situlah nasib kita ditentukan, buntung atau beruntung.

Putus asa itu hanyalah perasaan atau perasan dari kesimpulan yang keliru.

Ramah tamah menjauhkan, atau menunda, amarah.

Lebih baik surat rahasia diketahui banyak orang, dibandingkan dengan ragu mengenai apa yang disampaikan.

Sebenarnya saya sudah mengurangi rokok. Sungguh. Kalau tadinya panjang, setelah diisap jadi berkurang.

Nyanyian yang paling aman adalah nyanyian di dalam hati.

Nafsu itu tanggung jawab pribadi, tak bisa dilimpahkan pada orang lain.

Seseorang bisa bahagia oleh hal-hal yang kelihatannya sederhana dan sepele bagi orang lain, karena orang lain itu luput mengenali bagaimana bisa bahagia.

Membayangkan bermain cinta dengan istri, ternyata tak kalah nikmatnya dengan membayangkan dengan yang lain.

Bagi yang tidak mengetahui, hukum bukan hanya lebih mahal, tapi juga lebih menakutkan.

Perlindungan barangkali saja adalah kata lain dari kerja sama.

Kita sering mendengar alasan mengapa dalam pemeriksaan, seorang petugas perlu main tangan untuk memperoleh pengakuan. Karena, kalau semua penjahat mengaku, penjara bakalan penuh. Sebenarnya tak persis begitu. Penjara itu seperti bis kota. Selalu masih ada tempat selama masih ada yang bisa dimasukkan.

Dusta dimulai dari hal-hal kecil, yang menyenangkan, sebelum menjadi kebiasaan untuk hal yang besar.

Kalaupun berbuat jahat, lebih baik bertobat meskipun tidak menyesal, daripada menyesal tapi tak bertobat.

Keakraban tidak dengan sendirinya menghapus salah paham. Salah paham lebih akrab dibandingkan dengan persahabatan yang mana pun.

Dalih terbaik bagi pencuri hanya satu, yaitu tidak ketahuan.

Selama masih berupa ancaman, betapapun menakutkan, masih tetap aman.

Bahagialah orang yang bisa melepaskan marah. Ada kalanya bagi seseorang, untuk marah saja susah.

Kadang orang yang meninggal masih bisa memberikan penghasilan bagi yang hidup.

Hanya orang sakit yang melihat bahwa hidup di dalam penjara lebih enak dibandingkan hidup di dalam bebas.

Apakah juga bisa disebut mimpi, kalau kita berharap seseorang memimpikan kita?

Kelebihan orang-orang di dalam penjara dibandingkan mereka yang bebas di luar adalah bahwa yang di dalam lebih mudah membayangkan apa yang terjadi di luar, sedangkan orang luar tidak punya banyak bahan mengenai kehidupan di dalam.

Puisi bisa memabukkan, tapi kemabukan tidak selalu berarti puisi.

Meskipun sama-sama tumbuh di alam, buah kopi dan daun ganja berbeda hukumnya.

Tidak tahu dan berdusta dalam banyak hal mempunyai akibat yang sama.

Sesungguhnya sidang pengadilan berlangsung jauh sebelum sidang yang sesungguhnya berlangsung.

Meskipun dibutuhkan dalam penjara, seorang tukang cukur tetap lebih baik berkarya di luar.

Ada untungnya menjadi waria berada dalam penjara. Omzet banyak, meskipun penghasilan kurang.

Bukan hasil yang membuat kita merasa berhasil, melainkan komentar.

Satu-satunya yang bisa ditanggung napi lebih dari usianya adalah hukumannya.

Janji tetap utuh sebagai janji, sebelum digenapi atau diingkari.

Luka di hati bisa terhapus waktu, luka di tubuh membusuk oleh waktu.

Orang yang sakit gigi sulit menangkap humor. Bahkan setelah sembuh pun masih traumatis. Apakah kita termasuk sakit gigi jika tak mampu menangkap humor?

Biarpun rambut sama hitam, penyakit rambut tetap berlainan.

Orang yang sakit ingin sehat. Orang yang sehat, kadang, ingin dinyatakan sakit.

Tidak semua yang ada dalam penjara itu napi. Dan tidak semua napi berada dalam penjara.

Hubungan seks bisa dihitung sampai berapa, tapi hubungan cinta berlangsung ke tak terhingga.

Kadang kita justru tak dipercaya ketika berterus-terang.

Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Bahkan hanya bergaya perempuan saja sudah langsung memperoleh keistimewaan.

Salah satu keuntungan yang dimiliki narapidana ialah ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan dirinya sendiri. Kalau saja ia juga punya cukup waktu untuk mendengarkan, keuntungan itu mempunyai makna.

Berbicara itu sulit. Bahkan dengan diri sendiri pun bisa salah paham.

Kadang kita menjadi lebih tolol, ketika menilai kejujuran sebagai perbuatan tolol.

Jadi orang jujur itu susah. Susah jadi orang jujur.

Kalau saja ada kalau dalam kehidupan ini, sejarah tidak perlu seperti sekarang ini.

Bumbu terlezat setiap makanan adalah nafsu makan dan rasa lapar.

Dalam kondisi tidak pasti, gosip lebih sakti. Gosip memberikan pengaruh tanpa perlu bukti.

Kalau ada suami mengatakan masakan istrinya tidak enak, cek mulut, perut, atau cintanya. Salah satu, atau ketiganya, pasti tidak beres.

Penyesalan akan terjadi bila seseorang tak mampu mengubah keadaan yang menyedihkan menjadi sebuah kegembiraan.

Jangan pernah menasihati napi dengan kata-kata: sabar, kuatkan hati, dan hiburan sejenis itu. Mereka telah memiliki lebih banyak dari yang seharusnya.

Pemberi dan penerima akan lebih bahagia jika mempunyai satu bahasa.

Ketulusan pemberian lebih tinggi maknanya dibanding dengan harganya.

Berbahagialah mereka yang masih bisa  tertawa gembira karena soal sederhana.

Mungkin hakim-hakim akan lebih iba kalau tahu terdakwa tidak semanis dan segagah ketika tampil di depannya.

Tempat ibadat yang baik memberikan keteduhan meskipun tak ada khotbah sama sekali.

Tuhan ada di mana-mana. Juga dalam setiap kebaikan. Yang kita berikan atau terima.

Upacara dibutuhkan untuk menghalau rutinitas. Juga ketika upacara itu menjadi rutin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *