Aletheia : Ketaktersembunyian, Kebenaran
Angst : Rasa cemas, kecemasan tanpa obyek
Befinlichkeit : Ketersituasian (berada, merasa, terdapat)
Besorgen : Mengurus dengan menangani, kesibukan praktis sehari-hari Dasein dengan zuhandenes
Das Man : Orang (impersonal tanpa menunjuk subyek tertentu)
Dasein : Ada-di-sana, manusia
Eigentlichkeit : Otentisitas, terjadi jika Dasein membuka diri terhadap Ada-nya dengan mencandra kesehariannya
Entschlossenheit : Kebulatan tekad saat mengalami momen eksistensial, mendahului verbal dan mengarahkan pengucapan.
Entwurf : Rancangan, proyek hidup berorientasi ke masa depan.
Erschlossenheit : Ketersingkapan Ada Dasein, berciri peristiwa dan tidak bisa direkayasa, lichtung (penerangan)
Existenz : Eksistensi, momen hubungan dengan (atau mempertanyakan) Ada-nya
Existenzial : Eksistensial, sifat Dasein berhubungan dengan Ada-nya, ontologisch
Existenziell : Eksistensiil, sifat Dasein berhubungan dengan Mengada-mengada lain, ontisch
Faktizitat : faktisitas, keniscayaan, conditio humana
Fenomenologi : metode menyingkapkan fenomena
Furcht : Rasa takut
Fursorgen : Pemeliharaan dengan perhatian
Gerede : Obrolan sehari-hari
Geworfenheit : Keterlemparan, ada begitu saja di sana, di dalam dunia
In-der-welt-sein : Ada-di-dalam-dunia
Innerzeitigkeit : Waktu obyektif, konsep vulgar tentang waktu
Mitdasein : Bersama-ada-di-sana, orang lain
Mitsein : Ada-bersama
Mitwelt : Dunia-bersama
Nicht : Ketiadaan, dasar Ada Dasein, palung tanpa dasar
Rede : Percakapan eksistensial, komunikasi dengan Ada Dasein
Seiendes : Mengada, entitas, Being
Sein : Ada. Ada Dasein adalah suatu ‘menjadi’ karena terus-menerus mengada dan belum ada secara penuh.
Seinkonnen : Kemungkinan
Sein-zum-tode : Ada-menuju-kematian
Selbstwelt : Diri sendiri
Sorge : Ada Dasein
Stimmung : Suasana hati
Tode : Kematian
Umwelt :
Um-zu : Supaya atau untuk, Ada-nya Zuhandenes
Uneigentlichkeit : In-otentisitas, terjadi ketika Dasein larut dalam keseharian (besorgen) menjadi das Man
Verfallenheit : Kejatuhan atau keterlemparan ke dalam keseharian. Sifatnya niscaya bagi Dasein dan merupakan ciri Ada-nya
Verstehen : Pemahaman, pemahaman non-verbal tentang Ada Dasein
Vorhandenes : Tersedia-di-depan-tangan, benda-benda alamiah yang bukan alat, sifatnya netral dan tidak terlibat dengan Dasein
Werden : Menjadi, yakni sifat Ada Dasein dalam mewujudkan dan menjadi jati dirinya
Welt : Dunia, tempat bermukim Dasein
Wohnen : Bermukim
Zeit : Waktu
Zeitekstase : ekstasis-waktu
Zeitlichkeit : Kemewaktuan, waktu eksistensial
Zeug : Alat-alat
Zuhandenes : Siap-untuk-tangan, peralatan atau benda-benda yang terlibat dan memiliki relasi dengan Dasein. Ada Zuhandenes adalah um-zu (supaya, untuk)
Zukunft : Masa-depan
Mengada (seiendes) | Istilah Sehari-hari | Cara-berada (seinart) | Sikap Dasein |
Dasein | Manusia | Sorge | Eksistenz |
Zuhandenes | Alat-alat | Um-zu (untuk sesuatu) | Besorgen (mengurus) |
Vorhandenes | Benda-benda bukan alat | Tersedia begitu saja | Dibiarkan begitu saja |
Mitdasein | Sesama manusia atau orang lain | Mitsein (ada bersama) | Fursorge (memelihara) |
Ekstasis Waktu | Waktu Otentik | Waktu Inotentik |
Zukunft (masa depan) | Vorlaufen (antisipasi) | Gewartigen (Menunggu-nunggu) |
Gegenwart (masa kini) | Augenblick (Momen visi) | Gegenwartigen (Kehadiran) |
Gewesenheit (masa lalu) | Wiederholung (Mengambil kembali) | Vergessen (Kelupaan) |
Sumber: Heidegger dan Mistik Keseharian, F. Budi Hardiman, KPG, 2005.
Tentang Heidegger
Martin Heidegger (26 September 1889 – 26 Mei 1976) adalah seorang filsuf asal Jerman. Heidegger banyak merenung mengenai makna keberadaan manusia. Pemikirannya banyak berpengaruh pada aliran eksistensialisme, dekonstruksi, hermeneutik, dan pasca-modernisme.
Karyanya yang terpenting: Sein und Zeit (Being and Time, 1927).