DWITARUNG PALING KONTROVERSIAL DAN DRAMATIS: KARPOV VS KASPAROV
Ditulis oleh Pepih Nugraha

dwitarung karpov vs kasparov

Izinkan saya bercerita tentang dwitarung catur memperebutkan mahkota juara dunia paling kontroversial dalam sejarah catur modern yang berakhir dramatis.

Pembaca dan penyuka catur di Indonesia yang mengikuti pertarungan panjang selama lima bulan itu seolah-olah terlibat dalam adu kekuatan berpikir, padahal secara geografis jarak Indonesia dengan Moskow, Uni Soviet (kini Rusia) tempat dwitarung berlangsung sangat jauh. Namun secara psikologis dan mungkin sentimen, manusia cenderung membela yang tertindas atau dirugikan.

Itulah gambaran dwitarung catur antara pemegang mahkota juara dunia asal Uni Soviet, Anatoly Karpov, melawan penantangnya yang dari sisi usia lebih muda namun sama-sama pecatur Rusia, Garry Kasparov. Perasaan pecinta catur yang mengikuti dwitarung yang berlangsung di Moskow itu seperti diaduk-aduk, layaknya menonton film drama. Ini karena ada pecatur yang dipersepsikan terzolimi, penantang muda, agresif yaitu Kasparov melawan pecatur senior, dingin tetapi ambisius, Karpov.

Mengapa dwitarung Karpov-Kasparov demikian menarik dan menyita perhatian dunia padahal mereka berdua sama-sama pecatur Uni Soviet yang tidak ada hubungannya dengan Indonesia? Mengapa sentimen pembaca dan pecinta catur dunia menjadi terbelah, padahal dwitarung itu bukan antara Bobby Fischer (Amerika Serikat) melawan Boris Spassky (Uni Soviet) yang kala itu kedua negara sedang terlibat perang dingin?

Jawabannya sederhana: karena kontroversial dan dramatisnya itu.

Mari kita urai…

Tak pelak lagi, dwitarung catur antara Kasparov melawan Karpov yang berlangsung tahun 1984-1985 itu merupakan salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah catur dunia. Bukan mencerminkan perang antarnegara, juga bukan perang ideologi, tetapi di dalamnya tersemat drama yang mencerminkan intensitas rivalitas antara dua pemain terbesar pada masanya, sekaligus melibatkan Federasi Catur Dunia (FIDE) sebagai penyelenggara dalam mengambil keputusan kontroversial yang mengundang perdebatan panjang.

Mengapa saya tulis dwitarung itu berlangsung tahun 1984-1985 seolah-olah berlangsung satu tahun? Bukan itu maksudnya, dwitarung itu dimulai September 1984 kemudian dihentikan oleh Presiden Federasi Catur Dunia (FIDE) Campomanes pada Februari 1985.

Saat turun ke gelanggang, Karpov adalah juara dunia catur yang tak tergoyahkan sejak 1975, sejak ia menggantikan posisi Bobby Fischer sebagai juara dunia yang memilih mundur dari pertandingan. Fischer mundur karena usulannya tidak digubris menyangkut sistem atau format pertandingan sekaligus protes atas hadiah uang yang dinilainya terlalu kecil untuk pemenang.

Di sisi lain, Kasparov sebagai penantang adalah seorang grandmaster muda Uni Soviet yang kemunculannya digambarkan sebagai bintang baru dari Baku (kota kelahirannya) dengan gaya bermain yang khas, yaitu ofensif dan agresif. Berkebalikan dengan gaya Karpov yang tenang, posisional dan cenderung defensif.

Saya yang sudah duduk di bangku kuliah tahun pertama mengikuti secara intens dwitarung ini dari berita Harian Kompas dan Dunia Dalam Berita TVRI. Bahkan saya mengkliping tanpa putus berita dan analisa catur.

Wis kembali ke laptop…

Saat itu saya memandang rivalitas antarkedua pecatur menjadi simbol perbedaan pendekatan dalam bermain catur itu sendiri: Karpov yang strategis-metodis dan posisional, melawan Kasparov yang agresif-inovatif dan ofensif.

Dwitarung dimulai pada 10 September 1984 di Moskow, Rusia, dengan format yang unik, yakni tidak ada batas jumlah pertandingan di mana untuk merebut mahkota juara dunia seorang pecatur harus meraih 6 kemenangan, sementara hasil remis alias “draw” tidak dihitung dalam menentukan pemenang. Karena remis tidak dihitung, akibatnya dwitarung menjadi berkepanjangan, seolah-olah pertandingan tanpa akhir.

Karpov sebagai pemegang mahkota dan lebih senior memulai dwitarung dengan sangat dominan. Dalam sembilan partai pertama, ia menang tiga kali tanpa kekalahan. Skor menjadi 3-0 untuk keunggulannya. Pada partai ke-27, Karpov malah memperbesar jarak dengan unggul 5–0. Wow, artinya tinggal membutuhkan satu kemenangan lagi Karpov bakal mempertahankan gelarnya.

Namun, apa yang terjadi? Setelah tertinggal 0-5, Kasparov mulai bermain lebih hati-hati, meredam agresivitasnya yang menjadi “backfire” pada permainan akhir yang sangat dikuasai Karpov. Strategi baru Kasparov mengincar hasil seri untuk memperlambat laju kemenangan Karpov yang tinggal memetik satu poin lagi.

Strategi barunya itu membuahkan hasil. Kasparov akhirnya mampu mencatat kemenangan pertamanya di partai ke-32. Jelas kemenangan ini mampu membangkitkan sekaligus menghidupkan semangat Kasparov. Ia terus menekan Karpov tanpa ampun, ibarat petinju yang terus-menerus menyarangkan pukulan kepada lawannya yang sudah kepayahan.

Alhasil, dwitarung berlangsung sangat lama, hingga memasuki bulan kelima karena hasil remis tidak dihitung itu tadi. Karpov yang lebih tua (33 tahun saat itu) terlihat semakin kelelahan, sementara Kasparov yang lebih muda (21 tahun) justru semakin bergairah dan tangguh secara mental. Setelah partai ke-48, kedudukan masih 5–3 untuk Karpov, tetapi tidak ada tanda-tanda pertandingan akan segera berakhir.

Pada 15 Februari 1985, datanglah keputusan kontroversial itu saat Florencio Campomanes, Presiden FIDE saat itu, secara mengejutkan membatalkan pertandingan dengan alasan kesehatan kedua pemain sudah sangat merosot sehingga memengaruhi kualitas permainan catur. Campomanes yang asal Filipina itu menyatakan bahwa kedua pemain terlihat terlalu lelah untuk melanjutkan pertandingan.

Mengapa keputusan ini kontroversial? Jelas karena Karpov diuntungkan: ia tetap memegang gelar juara dunia meskipun tidak mampu mencapai kemenangan keenamnya. Sebaliknya Kasparov dirugikan, karena saat mendapatkan momentum merebut mahkota juara dunia justru kehilangan kesempatan untuk menyamakan kedudukan atau memenangkan pertandingan.

Keputusan ini memicu kritik keras terhadap FIDE dari berbagai belahan dunia dengan tuduhan adanya tekanan politik atau bias untuk melindungi Karpov sebagai juara bertahan.

Muncullah istilah “anak emas” bagi Karpov dan “anak tiri” bagi Kasparov di mata FIDE dan tentu saja negara Uni Soviet. Sejujurnya, Uni Soviet lebih menyayangi Karpov yang patuh dan penurut dibanding Kasparov yang berjiwa pemberontak. Petinggi Uni Soviet sudah membaca gelagat itu dan memang terbukti di kemudian hari.

Sebagai kelanjutan dari pembatalan tersebut, FIDE mengatur ulang pertandingan baru pada September 1985, fetapi formatnya diubah menjadi 24 partai saja di mana pecatur pertama yang mencapai nilai 12,5 poin akan dinyatakan sebagai pemenang. Format ini lebih terukur dan pasti.

Dalam format ini remis dihitung 0,5 (setengah) sedangkan partai menang mendapat nilai 1. Dalam dwitarung balas dendam ini Kasparov berhasil mengalahkan Karpov dengan skor 13–11. Kasparov kemudian dinobatkan menjadi juara dunia termuda sepanjang sejarah catur pada usia 22 tahun!

Dari pertemuan catur klasik antara keduanya, sampai kini Karpov hanya kalah 0-2 dari Kasparov. Namun apa dampak dan pelajaran yang dapat diambil dwitarung Karpov-Kasparov ini?

Tentu saja rivalitas abadi antara keduanya, sebab persaingan antara Kasparov dan Karpov terus berlanjut dalam beberapa turnamen dunia setelahnya, tetapi dwitarung 1984-1985 itu tetaplah yang paling dikenang dramatis dan kontroversialnya.

Hal lain atas dwitarung Karpov-Kasparov ini adalah “Reformasi Catur” di mana insiden ini memicu diskusi tentang perlunya reformasi dalam format pertandingan kejuaraan dunia untuk mencegah situasi serupa di masa depan.

Bagaimana pun pembatalan dwitarung ini mencerminkan catur bukan hanya soal permainan olahpikir, tetapi juga medan konflik politik, fisik, dan psikologis.

Hal lain, drama ini memperkuat citra Kasparov sebagai pemain yang gigih dan Karpov sebagai simbol keunggulan klasik yang menjadikan kedua pecatur (kebetulan keduanya masih eksis) sebagai legenda abadi dalam dunia catur.

Setuju? [Ditulis oleh Pepih Nugraha, diambil dari akun FB Mari Menulis Catur]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *