Akhir-akhir ini anda mungkin pernah mendengar atau bahkan ditawari suatu bisnis yang punya program “bagi-bagi polis gratis” kepada masyarakat Indonesia.
Tidak perlu jual produk, katanya. Cukup membagikan polis asuransi kepada 12 orang, maka polis anda akan gratis dan anda pun bisa mendapatkan penghasilan pasif hingga ratusan juta per bulan. Wow.
Membagikan polis artinya mengajak orang untuk bergabung sebagai member. Setiap member di bisnis ini harus membeli polis asuransi kepada perekrutnya dan sekaligus menjadi agen asuransi.
Hah, agen asuransi? Ya, karena menurut aturan dari OJK, untuk bisa membagikan polis (baca: menjual polis asuransi), seseorang harus punya lisensi AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) atau AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia), dan itu artinya jadi agen asuransi.
Orang-orang yang diajak sebagai member, supaya polisnya bisa gratis dan dapat passive income juga, tiap-tiap mereka pun harus membagikan polis kepada 12 orang lainnya. Begitulah seterusnya.
Polis yang dimaksud adalah asuransi jiwa yang memberikan manfaat santunan kematian dan penyakit kritis. Preminya 500 ribuan per bulan, masa bayarnya 20 tahun, dan UP (uang pertanggungan) sekitar beberapa ratus juta tergantung usia masuk. Setiap mengajak satu orang, member akan mendapat bonus 50 ribu. Mengajak 12 orang berarti mendapat 600 ribu, cukup untuk polisnya bisa gratis selama satu bulan dan ada lebih sedikit.
Bulan berikutnya, jika bisa mengajak 12 orang lainnya lebih baik. Tapi yang terutama adalah memastikan 12 orang yang diajak di bulan sebelumnya telah mengajak pula masing-masing 12 orang lainnya. Maka premi polis bulan kedua bukan hanya bisa gratis, tapi sudah ada keuntungan bagi member pertama, karena ada bonus jaringan sebesar 5% sampai generasi kelima. Dari sinilah sumber passive income yang diiming-imingkan bisa mencapai ratusan juta.
Program ini telah berjalan beberapa bulan dan saya lihat telah banyak yang mendapat promosi ataupun hadiah seperti gadget.
Tapi yang jadi pertanyaan, mungkinkah program seperti ini dapat berjalan lama?
Menurut saya tidak. Dengan alasan sbb:
- Program ini menggunakan skema MLM (Multi-Level Marketing). Berdasarkan pengalaman sejak puluhan tahun lalu, tidak ada MLM yang bertahan lama. Paling 1 tahun atau 2 saja, setelah itu pudar dan bubar. Atau kalaupun perusahaannya masih bertahan, susunan para leader dan membernya sudah berubah total.
- Saat masih awal, mengajak 12 orang masih cukup mudah. Tapi seiring waktu, akan semakin sulit bagi member yang bergabung belakangan untuk mencari 12 orang lainnya. Tidak mungkin setiap member akan berhasil mengajak 12 orang, secara matematika tidak masuk. Ketika para member terakhir tidak berhasil mengajak orang, hal ini akan berpengaruh ke para member di atasnya. Penghasilan pasif yang telah diperoleh bukan hanya berkurang, bahkan untuk polis gratis pun bisa jadi harus nombok sendiri.
- Ada masalah besar di underwriting (penilaian risiko). Pengajuan asuransi itu seharusnya menggunakan metode underwriting yang ketat. Pertanyaan kesehatan harus dijawab dengan sebenarnya, jika ada riwayat sakit harus disampaikan. Tapi karena orang-orang yang ikut program ini tujuan utamanya untuk bisnis, ada kemungkinan semua pertanyaan kesehatan akan dijawab baik-baik saja. Untuk bisnis semacam ini, menurut saya akan lebih cocok jika memakai produk yang guarantee issued (otomatis disetujui), misalnya asuransi kecelakaan atau asuransi jiwa dengan masa tunggu yang panjang.
- Ada masalah besar di persistensi. Gratis polis itu hanya satu bulan, itu pun dengan syarat harus mengajak 12 orang. Bulan kedua dst, member harus bayar premi, yang dipotong dari bonus rekrut. Bagi member yang tidak berhasil merekrut, dia harus bayar dari uang sendiri. Bisa dipastikan akan ada banyak member yang gagal merekrut dan keberatan untuk bayar sendiri. Akan ada banyak polis yang tidak lanjut ke bulan kedua dst. Ini jelas akan berpengaruh ke persistensi para leader existing dan perusahaan secara keseluruhan. Bisnis yang tidak persisten tidak mungkin terus dijalankan.
- Selain itu ada banyak hal teknis agen asuransi yang akan terasa ribet bagi orang baru, orang awam, mereka yang gaptek, atau mereka yang tidak punya dukungan gadget. Mulai dari harus ujian lisensi, harus ikut basic training, belajar cara membuat ilustrasi, belajar aplikasi untuk merekrut, dsb. Ini bisa membuat orang mundur sebelum melangkah.
Bagi para leader yang sudah eksis di perusahaan, kemungkinan pudarnya bisnis bagi-bagi polis ini tentu sudah diperhitungkan. Tapi setidaknya mereka telah mendapatkan sejumlah agen dan leader baru, yang bisa diarahkan untuk menjual produk-produk lainnya dari perusahaan.
Hanya saja, bagi para member baru yang masih berjuang, mungkin mereka telah mendapat polis gratis di bulan pertama, tapi timnya gagal berkembang sehingga harus membayar premi polis di bulan kedua dan seterusnya, mereka akan merasa dirugikan. Ingin lanjut, harus bayar terus 500 ribu setiap bulan untuk polis asuransi yang mungkin belum mereka pahami, karena tujuan awalnya untuk bisnis bukan untuk perlindungan. Ingin berhenti, merasa sayang dengan uang yang telah dibayarkan. Dan kebanyakan mereka yang direkrut berasal dari kalangan ekonomi bawah, seperti para ojol. Belum tentu mereka mampu bayar premi 500 ribu per bulan.
Menurut saya kondisi ini yang harus dipikirkan, karena akan berpengaruh ke citra perusahaan, bahkan citra asuransi secara umum.
Demikian. [Asso]