Alur adalah urutan munculnya peristiwa dalam cerita. Alur disebut juga struktur penceritaan, untuk membedakannya dengan istilah struktur cerita, yaitu rangkaian peristiwa secara kronologis berdasarkan waktu. Dalam alur, sudah tersirat rangkaian sebab akibat yang mendasari munculnya peristiwa-peristiwa.
Ø Alur terbagi dua: alur maju dan alur mundur (flashback). Disebut alur maju jika struktur penceritaan sejalan dengan struktur cerita. Disebut alur mundur jika struktur penceritaan tidak sejalan dengan struktur cerita.
Ø Susunan alur (konvensional):
- Pembuka (pengenalan keadaan)
- Perkembangan keadaan
- Klimaks (puncak ketegangan)
- Antiklimaks (penyelesaian, akhir cerita,ending)
Ø Urutan alur di atas paling mudah terlihat dalam jenis cerita detektif. Misal: ada seorang lelaki terbunuh di sebuah kamar hotel (pembuka); pelayan hotel melaporkan peristiwa itu ke polisi; polisi menyelidiki peristiwa, mengidentifikasi calon-calon tersangka, dst. (perkembangan); pelaku pembunuhan mengarah ke satu orang; pelaku pembunuhan diketahui, misalnya si pembunuh ternyata adalah pelayan hotel yang melaporkan peristiwa itu; motifnya pun dijelaskan (klimaks); kejadian lain setelah itu (antiklimaks).
Ø Pembuka. Cerita dapat dibuka dengan berbagai cara, antara lain: pelukisan suasana, pengenalan tokoh, penyebutan peristiwa, dialog, dll. Tidak ada aturan baku.
Ø Mengembangkan keadaan. Ialah dengan cara melebarkan konflik, memperkenalkan tokoh-tokoh lain, kejadian-kejadian lain, dsb.
Ø Mencapai klimaks. Klimaks dicapai dengan cara membenturkan berbagai konflik ke dalam suatu fokus.
Ø Antiklimaks. Akhir cerita ada dua jenis: tertutup dan terbuka (menggantung). Terserah.
Ø Hal2 yang perlu diperhatikan dalam penyusunan alur:
- Konsistensi waktu, mana kejadian yang lebih dulu dan mana yang belakangan
- Rangkaian sebab akibat;
- Peristiwa-peristiwa penunjang.
Ø Eksperimentasi (pembaruan atau penyimpangan) dalam alur:
- Minimisasi alur; menghasilkan “cerita tanpa alur” atau cerita dengan alur yang minim atau disebut juga cerpen/novel suasana (Misal: cerpenKota-Harmoni Idrus, Kunang-kunang di Manhattan Umar Kayam);
- Flashbackyang rumit dan bertingkat-tingkat sehingga urutan peristiwa atau kronologinya menjadi susah direkonstruksi (Misal: novel Ziarah Iwan Simatupang dan Lelaki Harimau Eka Kurniawan);
- Menyajikan dua atau lebih alur dalam kedudukan sejajar. Tiap-tiap alur berdiri sendiri, meski benang merahnya masih bisa dicari. NovelCala Ibi (Nukila Amal) dan Ode untuk Leopold van Socher-Masoch (Dinar Rahayu) berisi dua alur. Novel Saman dan Larung (Ayu Utami) bahkan memiliki lebih dari dua alur. Masing-masing seolah ingin tampil sendiri-sendiri, dengan konfliknya sendiri. Alur-alur pada Saman dan Larung tidak menekankan kepaduan dan keutuhan, sesuatu yang diupayakan dengan keras pada novel2 lain, melainkan keberagaman.
Ø Penjajaran dua alur berbeda dengan bentuk yang disebut cerita berbingkai, di mana ada dua alur tetapi kedudukannya tidak sejajar, yang satu menjadi bingkai dan lainnya menjadi pokok. Contoh cerita berbingkai: Supernova (Dee), Dunia Sophie (Jostein Gaarder), cerpen Telinga (Seno Gumira Ajidarma). Cerita berbingkai tidak tergolong eksperimentasi karena bentuk ini sudah biasa dilakukan, bahkan tergolong bentuk klasik. Hikayat Kalilah & Dimnah merupakan contoh cerita berbingkai yang sangat purba, ditulis pada abad ke-3 S.M. oleh Baidaba, seorang filosof India. [Asso]
Catatan:
Tulisan ini pernah disampaikan sebagai bahan diskusi di FLP Ciputat, 18 Januari 2008.