gembala

Ada seorang anak gembala, sebut saja namanya Gembul. Dia menggembalakan kambing milik tuannya yang berjumlah lima ekor. Setiap hari dia menggembalakan kambing-kambingnya di lapangan di pinggir kampung, dekat dengan hutan.

Suatu hari, mungkin karena bosan menunggui kambing, Gembul iseng hendak mengerjai orang-orang kampung. Dia lalu memanjat pohon yang cukup tinggi. Dia atas pohon, dia berteriak, ”Tolong…, tolong…, ada macan, ada macan mau makan kambing saya…!”

Orang-orang kampung mendengar teriakan Gembul. Lalu mereka bergegas menuju ke lapangan tempat Gembul menggembala. Sesampainya di lapangan, mereka mendapati Gembul tengah duduk di dahan pohon, sementara kambing-kambingnya asyik merumput.

”Mana macannya, Gembul?” tanya orang-orang kampung.

Gembul tertawa. ”Hehehehe, kena deh!”

”Sialan!” Orang-orang kampung bersungut-sungut lalu kembali ke rumah masing-masing.

Beberapa hari berikutnya, kembali rasa bosan menghinggapi perasaan Gembul. Terpikir olehnya untuk mengulangi perbuatannya yang dulu. Maka dia memanjat pohon yang tinggi, lalu berteriak, ”Tolong, tolong, ada harimau mau makan kambing saya!”

Orang-orang kampung mendengar teriakan Gembul, tapi mereka diam saja.

Gembul berteriak lagi minta tolong. Lagi. Dan lagi.

Karena Gembul terus berteriak, orang-orang kampung ragu jangan-jangan memang ada harimau hendak memangsa kambing-kambing si Gembul. Maka beramai-ramai pula mereka mendatangi Gembul di lapangan, meski jumlahnya lebih sedikit daripada sebelumnya.

Sesampainya di lapangan, ternyata keadaan baik-baik saja.

”Hehehe, kena lagi deh,” kata si Gembul.

Pulanglah orang-orang kampung dengan bersungut-sungut.

Pada suatu hari, ada macan datang ke padang gembalaan si Gembul. Gembul kaget. Lekas dia naik ke atas pohon, sementara macan itu mulai memilih mangsanya.

Dari atas pohon, Gembul berteriak ke arah kampung.

”Tolong, tolong, ada macan sungguhan makan kambing-kambing saya. Tolong, tolong!”

Orang-orang kampung mendengar, namun mereka tak peduli dan tetap dengan aktivitasnya masing-masing.

Gembul terus berteriak, namun tetap tak ada yang datang. Dengan sedih, dia menyaksikan satu per satu kambing milik tuannya dimangsa oleh si raja hutan. Setelah macan itu pergi, pulanglah si Gembul dengan menangis sambil menuntun kambingnya yang tinggal seekor. Dia menyesal kenapa dulu iseng berbohong.

Sesampainya di kampung, seseorang berkata kepadanya, ”Kena deh.” []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *