Cerita ini dimuat tanggal 8 Juli 2018 di blog bermenschool.wp.com, blog saya sebelumnya yang sekarang sudah tidak digunakan. []
Bagiku, menamai anak itu seperti menulis sajak atau puisi. Semuanya berkaitan dengan kata-kata.
Mulanya kukumpulkan sembarang kata-kata yang sepertinya bagus, artinya maupun bunyinya. Kurangkai satu kata dengan kata lainnya. Kuhapus kata dan rangkaian kata yang tidak cocok. Terkadang kuambil lagi kata yang telah kubuang. Kuingat-ingat harapan apa yang ingin kusandingkan kepada anak yang akan lahir ini.
Akhirnya terpilihlah nama Aji Pamungkas.
Aji, atau ajian (kata benda), meminjam istilah dalam khazanah cerita silat Nusantara, adalah ilmu silat yang dihasilkan dari olah batin, dibedakan dengan “jurus” yang lebih merupakan ilmu silat berbentuk gerak. Aji ada bermacam-macam tergantung fungsinya, antara lain untuk menambah kekuatan pukulan dan tendangan dengan tenaga dalam, atau untuk kekebalan tubuh, meringankan tubuh, ada yang untuk menghilang, karisma atau wibawa, sampai pengasihan.
Contoh aji atau ajian yang dikenal dalam khazanah cerita silat antara lain: aji Serat Jiwa dan aji Lampah Lumpuh (milik Brama Kumbara dalam sandiwara radio Satria Madangkara), aji Waringin Sungsang (milik Ki Jara dan Lugina, lawan dari Brama Kumbara), aji Saipi Angin (milik Arya Kamandanu dalam sandiwara Tutur Tinular), aji Jaran Goyang dan aji Semar Mesem (milik Nini Pelet), hingga ajian Sinar Matahari-nya Wiro Sableng. Dalam budaya Nusantara juga dikenal aji Brajamusti untuk kekuatan pukulan, aji Lembu Sekilan untuk kekebalan, dan aji Halimunan untuk menghilang.
Aji juga seakar dengan kata kaji (kata benda), yang artinya pelajaran, ilmu, pengetahuan, atau penyelidikan. Kata kerja “meng-aji” atau “meng-kaji” sebetulnya sama artinya, yaitu mempelajari ilmu atau belajar pengetahuan. Demikian pula kata “pengajian” dan “pengkajian”, artinya sama, yaitu proses mempelajari atau menyelidiki pengetahuan. Hanya konotasinya beda, di mana mengaji dan pengajian lebih condong ke ilmu agama, sedangkan mengkaji dan pengkajian lebih ke ilmu umum.
Sementara pamungkas artinya terakhir atau penghabisan.
Jadi secara harfiah, aji pamungkas berarti “ilmu yang terakhir”.
Dalam pertarungan silat, ilmu yang terakhir dikeluarkan biasanya adalah ilmu yang paling tinggi, ilmu simpanan yang jarang digunakan, yang hanya dikeluarkan jika menghadapi musuh yang benar-benar tangguh. Seorang pendekar tidak akan mengeluarkan ilmunya yang tertinggi jika lawannya masih bisa dihadapi dengan jurus-jurus biasa. Tapi jika lawannya sangat kuat, barulah dia mengeluarkan aji pamungkasnya.
Terkadang, aji pamungkas pun tidak mampu mengalahkan lawan yang ilmunya lebih tinggi. Itu artinya, di atas langit masih ada langit, dan dia masih harus belajar lagi.
Analogi ini bisa diterapkan di bidang apa pun dalam kehidupan secara umum, bukan hanya ilmu silat yang sekarang lebih merupakan kegiatan olahraga dan seni. Dan yang disebut lawan pun tidak mesti orang lain. Bisa juga masalah yang dihadapi, karena semakin berat masalah semakin tinggi kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Atau bahkan diri sendiri, yaitu sifat-sifat buruk dalam diri seperti malas, sombong, rendah diri, ceroboh, dan kikir.
Jadi, aji pamungkas artinya ilmu yang tertinggi. Aku berharap anakku nanti menjadi seorang yang berilmu tinggi, dalam bidang apa pun yang dia tekuni; seorang pembelajar yang gigih dan giat menuntut ilmu sampai ke puncak-puncaknya yang paling tinggi.
Dan tentunya tak kalah penting adalah memanfaatkan ilmu tinggi yang dimiliki untuk kemaslahatan umat manusia, sebagaimana kata sebuah hadis: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.”
Jangan sampai seperti ayahnya, yang mentah dalam segala hal yang pernah dipelajari.
Selain itu, ada tiga faktor lain yang membuat kami memilih nama itu.
Pertama, setelah anak ketiga ini, kami tidak berencana punya anak lagi. Jadi, Aji Pamungkas ini adalah anak terakhir alias bungsu. Tentunya tak menutup kemungkinan Tuhan akan menganugerahi kami anak lagi, tapi biarlah itu urusan nanti.
Kedua, anak ketiga ini lahir dengan cara sesar (sectio caesaria), setelah usaha untuk melahirkannya secara normal tidak memungkinkan. Bedah sesar adalah aji pamungkas di bidang kedokteran untuk mengeluarkan anak dari dalam kandungan.
Ketiga, nama anak pertama mengambil tema alam dan waktu (Cahaya Senja), anak kedua mengambil tema kepribadian (Teguh Jiwa), jadi anak ketiga ini temanya harus beda, barangkali tentang keilmuan.
Baiklah.
Aji Pamungkas…! Mengajilah sampai pamungkas. Bacalah buku sampai bab terakhir. Tuntutlah ilmu sampai pelajaran tertinggi.
Saat menghadapi masalah yang berat, kerahkanlah segenap kemampuanmu. Terus berjuang dan jangan menyerah. Coba lagi dan ulangi lagi sampai kau berhasil. Keluarkan Aji Pamungkasmu!
Begitulah kelak aku akan memotivasi dia.
Oya, hampir lupa menginformasikan. Aji Pamungkas lahir secara sesar di RSIA Vitalaya Pamulang, Tangerang Selatan, dini hari tanggal 27 Juni 2018, bertepatan dengan 13 Syawal 1439 H, pukul 01.15.
Aqiqah dengan dua ekor domba betina tanggal 8 Juli 2018 melalui Aqiqah 86 di Ciputat.
Cerita tentang kelahirannya bisa dibaca di Pengalaman Menggunakan JKN BPJS saat Kelahiran Anak Ketiga di RSIA Vitalaya Pamulang. []