Ketika seseorang memasuki sebuah bisnis yang sangat berisiko, dan dia diingatkan bahwa skemanya tidak masuk akal, dia menjawab, “tidak masuk akal tapi masuk kantong.”
Ya, meski bisnisnya tidak masuk akal, faktanya memang keuntungan itu masuk ke kantongnya dia. Mau bicara apa lagi?
Tapi justru ini alarm untuk waspada. Tidak masuk akal tapi masuk kantong, pasti ada apa-apanya.
Dan sejarah berkali-kali membuktikan bahwa itulah ciri utama bisnis yang terbukti money game.
Misalnya, dulu pernah ada moneygame yang menjanjikan keuntungan 1% per hari dan setelah 30 hari modal bisa ditarik seluruhnya plus keuntungan 30%. Setelah 30 hari berlalu dan ternyata benar uangnya masuk kantong, para member pun ikut lagi untuk periode 30 hari berikutnya, bahkan dengan modal yang lebih besar, plus ajak-ajak orang karena keuntungannya akan berlipat ganda. Demikianlah selama beberapa periode, uang modal plus keuntungannya itu memang benar masuk kantong. Tapi ketika saatnya tiba, mereka yang bergabung di rombongan terakhir harus merelakan seluruh atau sebagian besar uangnya lenyap.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Ya, tak salah lagi. Keuntungan yang diterima itu sebenarnya berasal dari uang para member yang bergabung belakangan. Selama member yang masuk masih banyak, selama itu pula bisnis permainan uang masih berjalan. Tapi ketika member yang bergabung makin sedikit, itulah saatnya bisnis bubar.
Jadi, cara paling mudah untuk melihat apakah suatu bisnis itu money game atau bukan adalah lihat saja keuntungan yang dijanjikannya. Jika terlalu besar, dapat dipastikan itu money game. Disebut money game, atau skema ponzi, karena profit yang diberikan itu bukan berasal dari bisnis yang dijalankan, tapi dari member yang bergabung belakangan. Jadi, uang itu hanya berputar dari satu member ke member lain tanpa ada aktivitas bisnis yang menjadi underlyingnya. Atau kalaupun ada bisnis yang disebutkan, atau trading atau apa pun namanya, itu hanya kedok belaka.
Berapa keuntungan yang terlalu besar itu?
Jika kita lihat aneka instrumen investasi yang ada di pasar, keuntungan terbesar dan bersifat dijamin hanyalah sekitar 5% saja per tahun, yaitu dari deposito. Itu pun deposito untuk mata uang Rupiah Indonesia. Deposito dalam dollar AS jauh lebih kecil, sekitar 1-2% saja bunganya.
Di atas deposito ada obligasi (surat utang), dengan keuntungan bisa mencapai 7% per tahun. Ini masih dijamin, tapi tetap mengandung risiko gagal bayar oleh perusahaan penyedia surat utang. Deposito pun sebetulnya masih ada risikonya, tapi ada jaminan dari LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) untuk nilai simpanan maksimal 2 miliar.
Di atas obligasi, tidak ada instrumen investasi yang keuntungannya bersifat dijamin. Saham bisa memberikan keuntungan 20-30% per tahun, tapi bisa juga rugi puluhan persen. Keuntungan dari properti bisa dibilang lebih stabil, tapi komponen biayanya juga banyak dan hanya bisa dimasuki orang dengan modal besar. Sementara emas, keuntungannya dalam jangka panjang paling-paling hanya cukup untuk mengimbangi inflasi.
Jadi, jika ada bisnis atau investasi yang menawarkan keuntungan dijamin atau konsisten di atas bunga obligasi, sudah pasti itu tidak benar. Jangankan 1% per hari atau 10% per bulan, 15% per tahun saja jika bersifat dijamin atau konsisten itu pasti bohong.
Bernard Madoff, yang terkenal dengan skandal ponzi terbesar dalam sejarah dengan nilai 65 miliar USD, itu pun hanya memberikan imbal hasil belasan persen per tahun kepada para investornya. Itu saja sudah terhitung moneygame, apalagi belasan persen per bulan. Madoff terbukti memberikan keuntungan kepada para investor dari uang investor yang belakangan.
Bagaimana dengan trading forex?
Sesuai dengan istilahnya, trading forex bukanlah investasi, tapi perdagangan atau jual-beli secara aktif. Artinya, dananya bukan ditaruh begitu saja lalu ongkang-ongkang kaki sambil berharap untung, tapi harus dikelola dan dipantau secara langsung.
Oke, itu untuk trading yang dijalankan sendiri secara manual. Bagaimana dengan trading forex menggunakan robot, yang akhir-akhir ini marak ditawarkan?
Prinsipnya sama saja. Tidak ada trading forex yang untung terus, baik dijalankan sendiri maupun dengan bantuan robot. Jadi jika ada robot trading yang menjanjikan cuan 1% per hari, belasan persen per bulan secara konsisten, seraya memperlihatkan histori hasil tradingnya beberapa bulan terakhir (yang itu bisa direkayasa dengan mudah), atau mengklaim rasio kemenangan jauh di atas 50%, itu jelas money game. Kalau dia benar memberikan cuan setiap hari, pastilah itu bukan dari hasil trading, tapi dari uang sesama investor juga.
Ingat, tidak masuk akal tapi masuk kantong, itu tanda ada sesuatu yang mencurigakan. Yang masuk kantong itu mestinya masuk akal, baik caranya maupun sumbernya bisa dijelaskan. Dan halal, tentunya.
Profit trading itu tidak bisa dijanjikan, berapa pun angkanya. Bahkan walaupun si robot hanya menjanjikan profit setara deposito (5% per tahun), itu pun tidak bisa jadi pegangan, karena tidak ada LPS-nya.
Tapi tentu saja kalau sebuah money game hanya menjanjikan keuntungan setara atau sedikit lebih tinggi dari instrumen-instrumen investasi yang lazim dikenal, dia akan sangat tidak menarik. Maka agar menarik, khususnya bagi orang-orang yang awam dalam literasi keuangan, dibuatlah janji keuntungan yang bombastis.
Itulah ciri utama money game. Cukup satu ciri ini ada, maka ciri-ciri lain tidak usah dibahas.
Soal ada kantornya atau tidak, ada legalitas atau tidak, berbentuk MLM ataupun bukan, itu ciri sekunder saja. []
Catatan:
Artikel ini ditulis bulan Oktober 2021, saat bisnis robot trading forex masih berjaya. Pada awal 2022, semua bisnis tsb macet.